Sabtu, 22 Mei 2010

GAYUS TAMBUNAN SEBAGAI CONTOH KEBOBROKAN MORAL BANGSA INDONESIA

Sama sekali kita tak beranjak kaget kala mendengar dan melihat tayangan multimedia tentang pendoliman uang negara yang dilakukan oleh Gayus dan jaringan yang memusarinya. Lantaran sudah menjadi sarapan Rakyat Indonesia, yang berupa tayangan berbagai tindak pendoliman hukum negara yang dilakukan oknum pejabat nasional. Kitapun tidak terkejut pula ketika mendengar pernyataan mantan Kabareskrim Mabes Polri Susno Duaji tentang masih banyak Gayus di Dirjen Pajak Depkeu RI, yang hingga saat ini belum mengikuti festival tembang di tengah audienc yang keranjingan sebuah peradaban baru.


Bila kita cermati, terdapat suatu indikasi bahwa moralitas para oknum pemimpin nasional telah mengalami degradasi dari rezim satu ke rezim lainnya, sebagai suatu bentuk pembunuhan karakter bangsa yang santun, ramah dan berbudaya luhur serta tidak meninggalkan budaya malu. Namun karakter bangsa yang telah membahana ke tiap pelosok dunia ini, telah berubah menjadi suatu karakter bangsa yang anarkis, degradasi moralitas hingga terkikisnya budaya malu nasional. Peradaban dapat juga digunakan dalam konteks luas untuk merujuk pada seluruh atau tingkat pencapaian manusia dan penyebarannya. Istilah peradaban sendiri sebenarnya bisa digunakan sebagai sebuah upaya manusia untuk memakmurkan dirinya dan kehidupannya.

Maka, dalam sebuah peradaban pasti tidak akan dilepaskan dari tiga faktor yang menjadi tonggak berdirinya sebuah peradaban. Ketiga faktor tersebut adalah sistem pemerintahan, sistem ekonomi, dan IPTEK. Urgensi pencapaian kesejahteraan hidup suatu masyarakat berdasar nukilan wacana definisi peradaban terebut, memang telah bergulir bagitu saja, bersama dengan sikap mental “gayus” yang serba ingin menggapai kelezatan duniawi secara instant. Dan kasus demikian telah menjadi hal yang biasa bagi sebagian oknum yang memiliki kesempatan melakukannya. Alasan tersebutlah yang mencendrungi terbentuknya sebuah peradaban baru di era modernisasi Bangsa Indonesia. Sebuah peradaban yang memiliki ciri hilangnya rasa malu nasional dan tendensi pendoliman uang negara, yang melibatkan institusi.

Sehingga yang tertanam dalam diri kita, sebagai anak bangsa yang mendambakan negara yang sentosa tentunya praktek pendoliman model “Gayus” haruslah segera dibumikan. Betapa tidak selama perioda 2004 s/d 2008, uang negara yang telah diselamatkan dari tindak pendoliman ini, adalah ± 8, 4 trilyun rupiah (Kejaksaan RI, 2009).

Tentunya jumlah ini akan membengkak bila kita analisis selama perioda 2008 hingga sekarang Langkah terpadu dan tepat, dalam koridor transparansi dan independensi perangkat keras pembumi-hangusan pendoliman (KPK, Kejaksaan RI dan POLRI) harus serasi derngan perangkat lunak yang mampumenginternal (moralitas). Guna penyelamatan negara kita dari life style hedonisme yang menjadisebuah peradaban baru.

sumber: kabarindonesia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar